Rahim Pengganti

Bab 131 "Kebucinan Bian"



Bab 131 "Kebucinan Bian"

0Bab 131      

Kebucinan Bian      

"Kok lama banget?" tanya Bian.      

"Tadi ada bapak bapak kasihan aku sama dia Mas. Jadi aku beliin minuman sama roti juga, kamu gak marah kan?" Bian terdiam, bagaimana bisa di komplek seperti ini ada orang seperti itu. Rasanya tidak mungkin, warung warung yang ada di sana saja, adalah warung yang sudah seperti minimarket. Tapi kenapa bisa hal seperti itu ada di sini.      

"Kok diam sih mas? Kamu marah? Maafkan aku ya Mas, maaf aku gak tega dengan bapak itu makanya aku tolong. Lain kali, aku bakalan minta izin sama kamu buat bantuin orang lain," ucap Carissa. Wanita itu takut, jika ada sesuatu hal yang tidak diinginkan oleh suaminya sehingga Bian bersikap seperti saat ini.      

Bian lalu menatap istrinya itu. "Mas gak marah sayang, hanya saja lain kali hati hati ya. Banyak orang orang yang nggak kita kenal, dan bisa saja mereka jahat sama kita," balas Bian. Carissa menganggukkan kepalanya, wanita itu mengerti dengan apa yang dimaksud oleh suaminya, karena memang apa yang dikatakan Bian ada benarnya, apalagi mereka yang baru saja mendapatkan musibah membuat Bian dan Carissa harus selalu waspada dengan keadaan yang terjadi.      

"Ayah mau naik perosotan," ucap Melody. Bian segera mengajak anaknya itu bersama dengan Ryu yang juga semangat bermain dengan ayah dan kakaknya sedangkan Carissa hanya duduk tak jauh dari mereka. Senyuman di wajah Carissa menandakan bahwa saat ini keluarga kecil mereka begitu bahagia.      

***      

Di lain tempat Bunda Iren dan Siska masih berada di salah satu Mall yang ada di Jakarta, kedua orang wanita berbeda usia itu masih sibuk mencari beberapa perlengkapan pernikahan Siska yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi, rasanya saat ini Siska begitu tidak sabar, pernikahan impiannya akan terlaksana beberapa bulan lagi dengan pria yang tepat. Pria yang selalu menjadikan dirinya ratu di hatinya.      

"Hai apa kabar?" tanya seseorang. Siska menoleh ke arah suara, menatap siapa orang yang saat ini menyapanya. Terdengar sangat jelas, helaan nafas berat di tarik oleh Siska.      

"Baik," jawabnya. Wanita itu berusaha untuk berdamai dengan masa lalunya. masa lalu yang harus dikubur supaya Siska bisa bangkit dan berjalan menuju masa depan yang luar biasa baik.       

"Syukurlah kalau gitu, aku senang lihat kamu seperti ini," ucapnya. Siska hanya menatap Xavier dengan tatapan datar.      

"Daddy!!" panggil seorang anak kecil. Tatapan Siska beralih kepada seorang anak laki laki yang, ada di samping Xavier. Mata anak itu mengingatkan Siska kepada seseorang yang membuat hatinya sakit.      

"Say hello dulu Delon sama Onty Siska. Dia temannya Daddy," ucap Xavier. Anak kecil itu mengikuti perintah ayahnya, dan mengulurkan tangan untuk berkenalan.      

"Hello Onty my name ia Delon Alexander."      

Siska hanya membalas dengan senyuman, bertepatan dengan hal itu bunda Iren memanggilnya. Siska lalu pergi dari sana, meninggalkan kedua orang tersebut.      

"Saya permisi," ucapnya singkat. Dua kata, yang keluar menandakan bahwa Siska tidak suka dengan situasi seperti ini. Wanita itu, lalu menuju ke arah bunda Iren setelah selesai keduanya pergi dari toko tersebut. Xavier hanya bisa menatap Siska dari jauh, sejak tertangkapnya sang Papa membuat Xavier tidak terlalu mau lagi mendekati Siska dengan intens. Pria itu tahu kesalahan sang Papa begitu besar, sehingga dirinya pasti harus menanggung semuanya.      

"Bunda mau ngopi gak?" tanya Siska.      

"Boleh ayo. Sekalian bunda juga mau tanya sesuatu sama kamu," jawab Bunda Iren. Keduanya lalu berjalan, kedai coffee yang menjadi tempat anak muda untuk nongkrong di mall, setelah selesai memesan makannya Siska dan Bunda Iren memilih tempat duduk di dekat jendela.      

Pemandangan kota Jakarta yang begitu luas, membuat kenyamanan nongkrong di sana.      

"Sudah sejak kapan kamu mengenal Xavier?" tanya bunda Iren langsung. Wanita itu kaget ketika melihat Siska bertemu dengan Xavier anak dari salah satu orang suruhan Andi. Selama ini bunda Iren selalu menjadi pengamat yang baik. Namun, sekarang tidak, jika ada sesuatu hal kembali terjadi kepada keluarga maka dirinya akan berdiri di depan untuk membantu. Apalagi itu berusaha dengan Andi yang terkenal tidak memiliki hati.      

"Bunda tahu namanya dari mana," ucap Siska kaget. Dirinya tidak menyangka jika, bunda Iren tahu tentang nama pria itu. Karena seingat Siska dirinya belum pernah bercerita tentang 'xavier' kepada orang lain selain Bian dan juga Carissa.      

Bunda Iren menarik nafasnya panjang lalu menatap ke arah Siska dengan tatapan yang begitu dalam sebelum akhirnya dia membuka suara. "Xavier Alexander adalah anak dari Beno Alexander, kan?" tanya bunda Iren. Siska menganggukkan kepalanya, wanita itu lalu menjelaskan semuanya kenapa dirinya bisa tahu dan bagaimana tahu. Siska yang mendengar hal itu, hanya bisa menjadi pendengar yang baik.      

Kaget sudah pasti, siapa yang tidak kaget yang apa yang terjadi, rasanya saat ini Siska ingin membunuh Beno setelah mendengarkan semuanya. Perubahan sikap dan ekspresi wajah, dari Siska membuat bunda Iren yakin jika keduanya sudah mengenal sangat lama.      

"Dialah orangnya?" tembak bunda Iren. Siska hanya bisa menatap dan menarik nafasnya panjang. Setelah itu, dirinya menganggukkan kepalanya, tanda bahwa apa yang di ucapkan oleh bunda Iren benar adanya.      

"Ayah dan anak sama saja. Kamu harus menjauhi mereka, bunda tidak akan tinggal diam jika ada sesuatu hal terjadi, kamu kalau dijahati oleh dia lagi segera pergi atau teriak ya."      

Senyum di bibir Siska terbit dirinya begitu sangat bahagia, mendengar ucapan yang terlontar dari mulut bunda Iren. Wanita yang sudah seperti ibu kandung nya sendiri, sejak kepergian Mama Ratih. Wanita yang selalu ada di saat Siska rapuh.      

"Terima kasih buat, kasih dan sayang yang bunda berikan untuk aku. Terima kasih sudah mau menjadi teman, disaat aku membutuhkan orang di dekat aku. Love you bunda," ucap Siska lalu beranjak dari tempat duduknya, dan memeluk bunda Iren.      

"Kamu anak bunda, sebagai seorang ibu memang harus selalu ada untuk anak anaknya," balas bunda Iren. Mendengar ucqpan itu, membuat Siska begitu terharu mendengar ucapan itu hingga seorang pelayan datang membawakan minuman dan makanan untuk mereka berdua.      

***      

"Loh kenapa sih lang, mondar mandir kayak setrikaan gitu?" tanya Jodi kesal. Sudah sejak beberapa menit yang lalu, Elang selalu saja seperti ini ini membuat Jodi yang sedang berada di sana kesal melihatnya. Apalagi mendengar berulang kali decakan kesal dari mulut Elang.      

"Siska gak bisa dihubungi, gue kesal banget. Masa buat balas pesan gue aja gak bisa," keluhnya. Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh, Elang membuat Jodi tertawa besar bagaimana bisa sahabatnya itu begitu bucin dengan wanitanya. Astaga ada apa dengan Elang, saat ini kenapa dirinya seolah menjadi pria yang tersakiti karena Siska belum juga membalas pesannya. "Mungkin dia lagi sibuk, udah gak usah dipikirkan. Bentar lagi juga bakalan di balas kok," ucap Jodi. Elang hanya berdecak kesal, bukan hal seperti ini yang diinginkan oleh Elang dengar pria itu sungguh ingin mendengar balasan chat atau pesan suara atau telpon dari Siska untuk menambah semangat dirinya bukan seperti ini. Seharian Siska tidak memberikan kabar bahkan hingga sore harinya juga tidak ada kabar dari wanita itu.      

Namun, hingga mereka pulang dari kantor tidak ada satu chat balas pun dari Siska. Membuat, Elang segera meraih jas nya, dan berjalan menuju parkiran pria itu harus menemui sang kekasih saat ini juga, tanpa harus menunggu lama.     

"Ck … ck … ck gak Bian gak Elang bucin teros … bucin teros, gue kesel sama mereka," gerutu Jodi.      

Pria itu juga bangkit dari tempat duduknya dan melangkahkan kaki pergi dari sana, sendirian di kantor membuat Jodi menjadi sedikit ngeri. Pria itu terlihat sang cool tapi jika masalah dengan hal hal mistis, dapat dipastikan Jodi orang terdepan yang akan kabur dari tempatnya.      

Bian dan Carissa mengajak kedua anaknya untuk pulang. Namun, Melody masih ingin bermain di taman membuat sang ayah harus dengan ekstra kuat Bian membujuk anaknya.      

"Nanti kita main lagi ke sini, sayang sekarang kita pulang ya. Udah mau sore, kakak sama adek harus main dan istirahat," ujar Bian. Melody dengan wajah ditekuk, hanya membalas dengan anggukkan kepala Bian dan Carissa saling tatap satu dengan lainnya, melihat sikap sang putri yang dalam mode ngambek seperti saat ini. "Nanti di rumah bunda bikin puding buat kakak, mau?" tanya Carissa.      

Mendengar kata puding membuat, Melody langsung bersemangat hal itu membuat kedua orang tuanya lega dan bahagia. Mereka lalu berjalan menuju, rumah sepanjang jalan tak henti hentinya Carissa mendengar Melody bernyanyi.      

Soleram. soleram     

Soleram anak yang manis     

Anak manis.     

Janganlah di cium... sayang     

Kalo di cium merahlah pipinya     

Anak manis...     

Janganlah di cium... sayang     

Kalo di cium meralah pipinya      

Adek Ryu … adek Ryu      

Adek Ryu anak yang manis      

Anak manis      

Adek Ryu gak boleh di cium, yang boleh cium cuma kakak Melody …      

Kalau di cium nanti kakak marah …      

Adek Ryu … adek Ryu      

Adek Ryu anak yang manis      

Anak manis      

Adek Ryu gak boleh di cium, yang boleh cium cuma kakak Melody …      

Kalau di cium nanti kakak marah …     

Sepanjang jalan, lirik lagi Soleram di ganti oleh Melody, dengan nama adiknya mendengar hal itu membuat Carissa dan Bian saling pandang, astaga keduanya tidak menyangka dengan kreasi yang dilakukan oleh anak mereka. Bagaimana bisa, Melody memikirkan hal itu, karena baik Caca dan Bian baru mendengar hari ini anaknya bernyanyi dengan semangat.      

"Kakak belajar dari siapa kok bisa nyambung lagunya kek gini," ucap Carissa.      

"He … he … he … nonton tutub Bund, dari handphone Onty Siska."      

Carissa geleng geleng kepalanya, baru beberapa hari di tinggal bersama Siska, banyak hal yang dipelajari oleh Melody meskipun Carissa harus memberikan arahan sesuai dengan porsinya.      

Langkah mereka terhenti tempat di depan rumah mereka, mobil yang membawa bunda Iren dan juga Siska berhenti tak jauh dari mereka. Melihat bunda Iren turun dari mobil, Melody langsung turun dari troller dan berlari menuju Omanya.      

"Oma cantik!!" panggil Melody. Bunda Iren tersenyum dan langsung memeluk cucunya itu, Melody anak yang menjadi kesayangan semua orang, obat pelipur lara buat semuanya. Keceriaan Melody dan kegemesan anak itu, membuat semua orang menjadi rindu dengan dirinya.      

"Kakak dari mana? Jalan jalan sama ayah dan bunda?" tanya bunda Iren.      

"Iya kakak habis jalan jalan. Terus belum cilok, eh." Melody terdiam sesaat, lalu menoleh ke arah Ayahnya. "Ayah tadi gak jadi beli cilok." Teriakan itu membuat Bian tersadar akan janjinya. Saking sibuk nya mereka bermain di taman, sampai lupa dengan tujuan utama anaknya itu.      

"Nanti kita beli, kalau ke taman lagi," jawab Carissa.      

"Gak mau," ucap Melody. Wajahnya sudah sangat cemberut, membuat kedua pasangan suami istri itu hanya bisa saling memandang satu dengan lainnya.      

"Udah mas kamu sana beli, dari pada itu anak kamu cemberut bibirnya udah kayak bebek yang gak di kasih makan," bisik Carissa. Mendengar hal itu membuat Bian menatap ke arah anaknya. Helaan nafas berat terdengar sangat jelas, hal itu membuat Bian lalu masuk dan berencana mengambil motor. Namun, langkah kaki Bian terhenti ketika mendengar ucapan Siska.      

"Gak usah mas. Nih ciliknya tadi Onty beliin, buat kakak. Yang isi telur puyuh."      

Mendengar hal itu, membuat Bian begitu bahagia. Ingin rasanya saat ini dirinya berteriak dan loncat loncat karena adiknya itu sudah menyelamatkan dirinya dan amukkan anak gadisnya.      

***      

Malam harinya, Bian mengikuti istrinya kemana pun, entah apa yang di inginkan suaminya itu, hal ini membuat Carissa kesal karena semua pergerakannya jadi tidak leluasa karena ada Bian di dekatnya.      

"Apaan sih, Mas. Sana ih, kesel banget aku," ucap Carissa. Saat ini dirinya sedang memotong puding yang baru tadi dibuat oleh Carissa, sebagai janji kepada anak mereka.      

"Gak mau maunya dekat sama kamu sayang, soalnya di ruang tengah malas ada Elang sama Sisk la yang ngebucin," ucap Bian.     

Sungguh rasanya saat ini, Carissa ingin memukul kepala suaminya itu yang sepertinya sedikit bergeser.      

"Duduk di sana atau malam ini kamu tidur di luar." Bian terkejut dengan ucapan yang dilontarkan oleh Carissa. Pria itu lalu segera pergi dari sana, dengan wajah yang cemberut. Dengan raut wajah seperti itu, Bian berjalan melihat perubahan ekspresi wajah menimbulkan ide jahil di benak Elang.      

"Sayang … sayang nanti kita jalan jalan ke Ubud yok," ucap Elang. Mendengar ucapan lebai yang dilontarkan oleh Elang semakin membuat Bian kesal, pria itu terlihat sangat tidak suka.      

"Kamu kenapa sih Mas? Capek, panas atau gimana kok ngomong lebai gini."      

Rasanya saat ini, Bian ingin tertawa besar mendengar ucapan dari adiknya yang berhasil membuat Elang terlihat kesal akan hal itu.      

"Pudingnya udah selesai," ucap Carissa. Melody yang sedang mewarnai bersama bunda Iren langsung berlari menuju ke tempat sang bunda. Anak kecil itu, segera mengambil puding mangga yang dibuat oleh bundanya. Bukan hanya Melody tapi beberapa orang di sana juga ikut memakannya, mereka semua berkumpul bersama.      

"Udah sampai mana persiapan kalian?" tanya Carissa.      

"Sudah hampir sempurna mbak. Besok rencananya mau foto deh, soalnya Mamanya Mas Elang udah kasih tahu untuk foto prewedding," jelas Siska.      

"Bagus dong. Mau foto di mana?" tanya Carissa dengan antusias nya.     

"Di mana Bund?" tanya Siska. Bunda Iren tersembunyi akhir akhir ini, Siska memang gampang lupa karena banyak urusan yang harus dirinya lakukan. Hal itu membuat wanita itu, terkadang lupa dengan hal hal kecil.      

"Greenpeace."      

"Wih. Keren, sultan mah bebas," jawab Bian. Greenpeace adalah tempat terbaik yang memiliki pemandangan yang begitu indah. Bahkan setiap orang yang, pernah ke sana akan mengulangi hingga beberapa kali. Di tempat itu orang orang bisa merasakan tempat yang begitu sejuk. Ada beberapa sawah dan juga tempat yang sengaja disediakan untuk menjadi tempat tempat event dan mengukir sejarah.      

Namun, tidak sembarangan orang juga yang bisa masuk ke dalam sana. Hanya beberapa orang saja yang bisa, tempat tersebut belum dibuka secara luar kepada orang umum.      

Obrolan mereka pun berlanjut mengenai banyak hal, Bian dan Elang hanya menjadi pihak yang mendengar, karena keduanya tidak mengerti apa yang dibahas oleh ketiga wanita itu. Mereka masih membahas mengenai kain dan make up hal yang tidak di mengerti oleh Bian dan Elang.      

***     

Weekend kali ini, menjadi weekend terindah karena semua orang akan pergi ke puncak menikmati liburan sejenak.      

"Mas bangun, kita harus pergi gak enak kalau mama dan papa Elang nunggu," ucap Carissa.      

Acara ini diadakan karena syukuran ulang tahun ke 57 tahun Papa Elang, dan semuanya diundang ke acara keluarga.      

"Sebentar lagi," jawab Bian yang masih menutup matanya. Pria itu enggan bangun pagi, sehingga membuat Carissa kesal. Sudah berulang kali Bian di bangunkan, tapi tetap sama hasilnya, dan hal itu membuat Carissa benar benar sudah malas membangunkan suaminya itu. "Oke kalau emang, kamu gak mau bangun Mas. Biar aku pergi sendiri, sama anak anak."      

Sontak saja, hal itu membuat mata Bian melotot dan terbuka dengan lebar. Pria itu lalu bangkit, dan menatap tajam ke arah istrinya. "Jangan coba coba untuk melangkahkan kaki kamu dari sana, tanpa izin aku. Kamu tunggu kita pergi sekarang," ucap Bian lalu berjalan menuju kamar mandi. Mendengar hal itu, membuat Carissa tersenyum kadang kadang memang suaminya itu harus seperti ini, baru lah mengerti akan hal tersebut.      

Carissa lalu menunggu sang suami di ruang keluarga, di sana sudah ada Siska dan Bunda Iren yang ikut menunggu kedatangan Bian. Tak membutuhkan waktu lama, Bian sudah turun dari lantai atas mereka lalu muali berjalan ke arah mobil.      

Matahari yang akan muncul, membuat langit begitu indah hal ini membuat Siska dan Carissa berdecak kagum. Mereka sengaja berangkat pagi, karena acara akan di adakan sekitar pukul 10.00 pagi, jarak rumah dan tempat yang tuju hanya membutuhkan waktu satu setengah jam saja. Membuat, mereka masih memiliki waktu untuk beristirahat.      

Pukul 09.00 pagi mereka sudah sampai di tempat acara, keluarga Elang semuanya menyambut kedatangan mereka. Apalagi mamanya Elang, wanita sosialita itu sangat bahagia kedatangan calon menantunya.      

"Tahu gitu kita bareng aja tadi berangkatnya," ujar Mama Tita.      

"Ya sudah kalian istirahat aja ya, udah Mama siapkan satu tempat biar lebih leluasa untuk istirahat nya," lanjut Mama Tita.      

"Ya ampun Tante kenapa jadi merepotkan. Kami jadi tidak enak," ucap Carissa.      

"Gak enak kasih kucing. Gak apa apa, udah istirahat sana kalian kasihan itu Melody dan Ryu pasti capek. Mbak Iren juga istirahat ya atau mau aku panggilkan pelayan buat mijitin?" tawar Mama Tita.      

Bunda Iren segera menolak, mereka pun segera beranjak dari sana menuju ke arah yang sudah di sebutkan. Mereka lalu mengistirahatkan dirinya, apalagi Bian yang kembali tertidur. Carissa hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah laku suaminya.      

"Mas … mas kamu bikin aku selalu makin cinta," gumam Carissa dengan nada kecil.     

***      

Sungguh acara ulang tahun ini benar benar terbaik, beberapa kolega dari keluarga Elang sangat banyak yang datang, dan ternyata beberapa dari mereka juga rekan bisnis Bian. Sungguh acara ini tidak ada kesan pamer dan gelamor, semuanya berjalan sesuai dengan kesederhanaan kedua orang tua Elang membuat Carissa sangat berkesan, dan ternyata acara ini juga sekaligus pengumuman pernikahan Elang dan Siska.      

Kedua orang tua Elang memang selama ini sengaja menutupi kabar yang sudah sering berhembus di luaran  sana, dan setelah sekian lama akhirnya kabar bahagia ini diberikan kepada mereka semua.      

"Cucu opa sudah besar ya nanti dewasa harus jadi laki laki hebat seperti ayah kamu," ujar Papa Sandi. Pria paruh baya itu sudah menggendong Ryu, dan sangat tumben Ryu tidak menangis biasanya anak itu akan mulai tidak betah berada di dalam dekapan orang lain kecuali, Carissa, Bian, Bunda Iren, dan Siska. Hanya mereka berempat dan terkadang bersama sang ayah juga Ryu sering tidak mau kalau ada bundanya.      

Acara demi acara berlanjut, hingga Carissa mencari keberadaan suaminya. Bian hilang beberapa saat, sebelum akhirnya berdiri di depan stage bersama dengan Melody yang ada di gandengannya.      

"Mas Bian ngapain sih di sana," ucap Carissa. Suaminya itu tersenyum ke arah sang istri, hal itu membuat Carissa digoda oleh Siska dan juga Elang.      

"Aku persembahkan sebuah lagu indah ini untuk dia. Wanita terhebat, istriku tercinta ibu yang luar biasa untuk kami."      

Pipi Carissa seketika langsung merah, gemuruh tepuk tangan menghiasi setiap kata yang keluar dari mulut Bian. Sungguh saat ini rasanya dada Carissa berdetak dengan sangat cepat. Membuat wanita itu deg degan, senyuman yang diberikan oleh Bian membuat Caca semakin nervous.      

"Sayang terimalah lagu ini untuk kamu, lagu spesial untuk orang yang begitu spesial."      

Suara piano terdengar sangat jelas, dentingan gitar berpacu begitu indah membungkus setiap alunan yang begitu indah. Semua yang ada di sana, seolah terhipnotis dengan nada yang begitu indah dan apik. Mereka semua menikmati setiap, alunan yang terdengar sangat baik.      

Every night in my dreams     

I see you, I feel you     

That is how I know you go on     

Far across the distance     

And spaces between us     

You have come to show you go on     

Near, far, wherever you are     

I believe that the heart does go on     

Once more, you open the door     

And you're here in my heart     

And my heart will go on and on     

Love can touch us one time     

And last for a lifetime     

And never let go 'til we're gone     

Love was when I loved you     

One true time I'd hold to     

In my life, we'll always go on     

Near, far, wherever you are     

I believe that the heart does go on (why does the heart go on?)     

Once more, you open the door     

And you're here in my heart     

And my heart will go on and on     

You're here, there's nothing I fear     

And I know that my heart will go on     

We'll stay forever this way     

You are safe in my heart and     

My heart will go on and on      

Once more, you open the door     

And you're here in my heart     

And my heart will go on and on     

You're here, there's nothing I fear     

And I know that my heart will go on     

We'll stay forever this way     

You are safe in my heart and     

My heart will go on and on      

Once more, you open the door     

And you're here in my heart     

And my heart will go on and on     

You're here, there's nothing I fear     

And I know that my heart will go on     

We'll stay forever this way     

You are safe in my heart and     

My heart will go on and on      

"Sayang sampai kapanpun cintaku hanya untuk kamu wanita luar biasa."      

Gemuruh tepukan terdengar jelas, Carissa begitu terharu dengan lagu yang dibawakan oleh suaminya sungguh Bian begitu romantis hari ini. Menyanyikan lagu kesukaannya, lagu Celine Dion. Bian berjalan ke arah Carissa sembari menatap istrinya dengan tatapan penuh cinta.      

"I love you."      

"I love you too Mas."      

Ketiga berpelukan bersama membuat semua orang di sana bersorak bahagia. Apalagi dengan kedua orang tua Elang yang ikut merasakan kebahagian dari Bian dan Carissa.      

"Bian sudah menemukan pawangnya, dan tingkah kebucinannya sudah sangat akut,"  ucap Elang.      

###      

Hallo. Selamat membaca dan terima kasih, love you guys. Sehat terus ya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.